Bercanda dengan anak didik

BERCANDA BERSAMA ANAK DIDIK

Sudah diketahu Bersama bahwa materi pelajaran memiliki ciri, yaitu membosankan dalam muatannya, dimana ia mengharuskan konsentrasi pikiran dan hati. Anda akan menemukan siswa menguras seluruh indranya untuk menguasai bahan pelajaran yang disampaikan. Walaupun guru memiliki bakat mahir dalam menyampaikan dan bagus dalam menyajikan, otak anak didik tetap saja memiliki kemampuan terbatas dalam menerima materi pelajaran. Oleh karena itu, seharusnya guru menyelipkan candaan disela-sela pelajaran demi menghilangkan rasa bosan dan jemu yang menyelimuti suasana kelas akaibat tumpukan materi pelajaran yang disuguhkan.

Diantara manfaat bercanda sesekali waktu disela-sela pelajaran, bahwa dia akan mengusir rasa bosan dan jemu; sedikit memberikan relaks bagi otak dari keletihan serius menyimak guru; memberikan kesempata guru mengambil sedikit relaks; membersihakan otak dan memberinya suplemen tenaga baru untuk menerima pelajaran; merekonstruksi suasana kelas yang diseimuti Susana kebosanan, dan lain sebagainya.

Canda adalah bersenda gurau dengan orang lain tampa mencela dan menghinya (Quthuf min asy-syama’il al-Muhammadiyah, hal.93. (Muhammad bin jamil zainu berkata, “disebutkan oleh az-zughaibi, muhaqqiq as-sama’il al- Muhammadiyah)).

An-nawawi berkata , “ Ketahuilah canda yang dilarang adalah yang berlebihan dan terus-menerus, karena akan menyebabkan banyak tawa dan mengeraskan hati serta menyibukkan diri dari mengingat Allah dan memikirkan perkara-perkara penting agama, dan sering kali berujung menyakiti, melahirkan dendam, menjatuhkan wibawa dan harga diri. Adapun yang selamat dari perkara-perkara tersebut, maka merupakan canda yang boleh, yang Rasulullah Shallalhu’alaihiwasallam pernah melakukannya sekali waktu untuk kemaslahatan yaitu membuat lawan bicara merasa nyaman dan akrab dan merupakan sunnah yang dianjurkan. Camkanlah hal ini karena ini merupakan perkara yang sangat dibutuhkan. (tuhfah al-ahwadzi I sarah jami’ at- Tirmidzi, Bab al-Birr wa ash- Shilah, karya al- Mubarakfuri,no.56).

Di dalam al-ihya’, al-Gazali berkata, “ Kalau kamu mampu sebagaimana Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dan para sahabatnya berbuat, yaitu bercanda kecuali mengucapkan yang benar, tidak menyakiti hati, tidak berlebih-lebihan, dan kamu mencukupkannya sesekali saja, maka tidak mengapa. Tetapi merupakan kesalahan besar Ketika seseorang menjadikan canda sebagai suatu profesi yang dilakoni dan berlebih-lebihan didalamnya, kemudian menjadikan perbuatan Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam sebagai pegangan.

Telah datang hadits-hadits dari Nabi Shallallahu’alaihiwasallam dalam hal canda beliau kepada keluarganya dan juga senda gurau beliau kepada para sahabatnya, dan kami akan pilihkan sebagiannya yang insya Allah mencukupkan dan memuaskan.

1)     Dari Abu Hurairah radiallahuanhu, dia berkata, para sahabat berkata, “ Wahai Rasulullah, anda bercanda dengan kami?” Beliau bersabda ,

ya, hanya saja aku tidak mengucapkan kecuali yang benar. (Muhtasor asy-syama’il al-Muhammadiah, al-Albani berkomentar tentangnya, “shahih”hal.126)

2)     Dari Anas bin Malik radiallahuanhu, bahwa seorang penduduk pedalaman (Badui), Bernama Zahir, menghadiahkan kepada Nabi Shallallahu’alaihiwasallam sebuah hadiah dari pedalaman, maka Ketika hendak pulang, Nabi Shallallahu’alaihiwasallam memberikannya bekal. Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bergurau,

Zahir adalah orang pedalaman kita dan kita adlah orang-orang kotanya.”

Beliau Shallallahu’alaihiwasallam mencintainya, padahal dia adalah seorang laki-laki yang tidak memiliki penampilan sempurna. Suatu hari Nabi Shallallahu’alaihiwasallam menghampirinya sedang menjual dagangannya. Beliau merangkulnya dari belakangnya sementara dia tidak melihatnya. Dia berkata, “ Siapa ini? Lepaskan aku.” Lalu dia menoleh, maka diketahuinya beliau adalah Nabi Shallallahu’alaihiwasallam, maka dia tidak menyia-nyiakannya, diletakkannya punggungnya di dada Nabi Shallallahu’alaihiwasallam manakala telah diketahuinya orang yang merangkulnya adalah beliau.

Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda,

siapakah yang mau membeli ‘hamba’ ini?”

Dia berkata, wahai Rasulullah, kalua begitu, Anda menganggap aku barang yang tidak laku. “ Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda,

“Akan tetapi disisi Allah kamu bukanlah barang yang tidak laku.”

Atau beliau Bersabda,

Kamu mahal disisi Allah.” (Muhtasor asy-syama’il al-Muhammadiah,hal. 127, al-Albani berkat,”shahih”).

3)     Dari Anas bin Malik Radiallahuanhu dia berkata,

Bahwa seorang laki-laki diminta untuk dibonceng Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam, maka Beliau bersabda, ‘ Saya akan membawamu diatas dari anak unta betina. ‘Dia berkata, Wahai Rasulullah, apa yang saya bisa perbuat dari anak dari unta betina? ‘Beliau bersabda, apakah ada yang melahirkan unta selai unta betina’.( Muhtasor asy-syama’il al-Muhammadiah, al-Albani berkat: shahih, hal 123. Maksud sabda beliau, “ Apakah ada yang melahirkan unta selain unta betina?” adalah, bahwa meskipun seekor unta sudah besar dan dapat ditunggangi, namun pada hakikatnya ia juga anak unta betina (induknya).)

Kesimpulan :

1.     Pengaruh positif yang ditimbulkan oleh canda dalam mengakrabkan Susana belajar dan suasan bosan yang dialami siswa.

2.     Memperhatikan diri agar tidak terlalu memperbanyak canda supaya tidak mengeluarkan proses belajar dari jalurnya dan faidah yang harapkan darinya hilang.

3.     Memperbanyak canda dapat menghilangkan wibawa dan harga diri.

4.     Bercanda tidak boleh dilakukan kecuali dalam perkara yang haq, yaitu benar.

5.     Tidak menyakiti atau menghinakan salah satu anak didik dengann candaan tersebut.

Sumber : Disarikan dari Buku dengan judul edisi Indonesia “ Begini Seharusnya Menjadi Guru” Panduan lengkap Metodologi Pengajaran Cara Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam”.  Judul asli Al- Mu’allim  al- Awwal (qudwah likulli Mu’allim wa Mu’allimah).  Penulis : Fu’ad bin Abdul Aziz asy-syalhub. Penerbit : Dar al-Qasim.    (syARS, 2023)