LEADERSHIP
Sahabat
57 Wadumbolo, Kota Bima -
Seorang pemimpin ibarat seorang Nahkoda diatas kapal. Yang dengan tangan
dinginnya mampu mengorganisir setiap potensi yang ada pada bawahannya.
Ketika kapal sudah berlayar
ditengah lautan yang luas maka keselamatan para penumpang, para awak kapal dan
aset perusahan yang sangat besar ada ditangan sang Nahkoda.
Seorang Nahkoda dituntut berilmu
tentang apa yang ada dalam tanggunganya tersebut, seorang Nahkoda dituntut
pandai, cerdas dan tepat dalam mengambil suatu keputusan apabila terjadi suatu
kejadian luar biasa terhadap apa yang dia kemudi. Kesalahan sedikit yang
terjadi maka sangat fatal bagi seluruh yang ada disebuah kapal tersebut. Bisa
jadi kapal tersebut akan menabrak sebuh gunung es yang sangat besar
ditengah samudera bila sang Nahkoda tidak cerdas dalam tugasnya tersebut.
Seorang Nahkoda harus memiliki mental
yang kuat saat menghadapi suatu goncangan di tengah samudera. Tidak mudah putus
asa, tidak mudah baper, dan tidak mudah berkecil hati.
Seorang Nahkoda harus mampu
menempatkan semua awak kapalnya pada tempatnya masing-masing, mampu mengayomi
awak kapal yang bekerja didalam lambung kapal sehingga sebuah kapal itu bisa
berjalan mulus ditengah samudera yang luas. Mampu mengevaluasi setiap kejadian
dalam rentang perjalannya, mampu memutuskan dengan adil dari setiap evaluasi
yang dia lakukan bersama awak kapalnya apabila ditemukan suatu permasalah yang
ditemuinya.
Begitulah dilingkungan belajar kami
diwadumbolo, tercipta suatu budaya yang sangat harmonis, budaya nasehat
menasehati, budaya evaluasi, budaya menghargai, budaya keakraban. Budaya saling
memahami masing- masing karakter, menerima dengan lapang dada bila ada salah
dan hilaf yang terjadi antara guru dan Pimpinan. Tidak kaku namun fleksibel
dalam balutan aturan yang mengikat.
Dengan bahasa-bahasa yang santun,
sifat yang welas asih, peduli dan respek pada rekan dan bawahan membuat rasa
betah berada dilingkungan belajar ini, kalau bahasa anak muda jaman ini "
Ngangenin". *(syARS,
2023)