Rimpu Budaya Bima Yang Hilang

Rimpu Budaya Bima Yang Hilang

Sahabat 57 wadumbolo, Kota Bima -  Mumpung masih dalam momen Hari jadi Kota Bima yang dimana salah satu acara rutin yang diadakan oleh Pemerintah Kota Bima melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bima adalah Festival rimpu ma ambi yang ini dilakukan setiap tahunnya. Oleh karena itu bertepatan dengan memon tersebut yuk kita mengenal lebih dekat lagi budaya rimpu yang umumnya ada di daerah Bima dan dompu ini.

Dilansir dari media online mobillombok.com bahwa rimpu muncul setelah islam masuk dan berkembang di Bima, pada awal berdirinya Kesultanan Bima yakni pada tanggal 15 Rabiul Awal 1050 H atau 5 Juli 1640 M. Dimana dengan berdirinya Kesultanan Bima menjadi momentum bagi perkembangan islam di Bima.

Ini menunjukkan bahwa pakaian budaya rimpu ini merupakan pakain Wanita Muslimah pada saat itu yang ini sejalan dengan syariat islam yang mewajibkan kepada kaum Wanita yang sudah baligh untuk mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuhnya dalam rangka menutup auratnya agar kaum Wanita tersebut terjaga. Sebagaimana firman Allah ta’ala dalam Al-Quran Surat Al-Ahzab ayat 59 yang berbunyi “ Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “ hendaklah mereka meutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. “ yang demikian itu agar mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha penyayang”. 

Dalam budaya Bima dikenal ada dua jenis rimpu yaitu Rimpu Mpida dan rimpu colo. Rimpu mpida ini dugunakan untuk Wanita yang belom menikah sedangkan rimpu colo digunakan oleh Wanita yang sudah bersuami. Ini bermaksud untuk memberikan isyarat kepada para lelaki agar bisa membedakan mana Wanita yang masih lajang dan mana Wanita yang sudah bersuami.

Kalau kita melihat Kembali kepada syariat agama islam bahwa budaya Bima dijaman Ketika islam sudah mewarnai kesultanan Bima  penduduknya adalah orang-orang yang taat pada syariat islam. Buktinya mereka sangat menjaga sekali kaum wanitanya dari mengumbar aurat dimuka umum. Sehingga kita dapati cerita-cerita dari orang-orang tua kita Wanita dijaman mereka dulu jarang sekali yang turun dari rumah dan kalaupun mereka keluar rumah maka mereka akan menggunakan jilbab yaitu rimpu dari sarung budaya Bima yang  akan mereka gunakan untuk menutup auratnya.

Namun sangat disayangkan dijaman moderen ini budaya rimpu atau budaya jilbab yang sudah tertanam dari nenek moyang dahulu sudah banyak diabaikan dan dilupakan. Budaya rimpu menjadi budaya yang hilang di masyarakat bima. Admin pernah mencoba keluar masuk beberapa kampung ditempat saya untuk melakukan surve kecil-kecilan walaupun bersamaan dengan kegiatan yang lain. Saya melihat pemandangan yang membuat pandangan ini tertunduk dan hati bersedih, menyusuri rumah-rumah penduduk dan mendapati kebanyakan dari kaum wanitanya tidak menggunakan penutup kepala, jilbab atau rimpu Bima.

Pemandangan yang kami dapati ini kalau di persentasikan bisa menycampai angka 80 % bahkan lebih. Ini dikampung-kampung yang saya lewati saat itu yaa. Padahal 100% penduduk asli Bima ini adalah penganut agama islam.   Walaupun hanya bermain dihalaman rumah kalau masih bisa terlihat oleh mata orang banyak apalagi terlihat oleh yang bukan mahram ini tidak boleh dilakukan dalam hukum syariat gam akita  agama islam. Pakain rimputau jilbab ini tidak hanya dipakai saat bekerja saja atau saat menghadiri acara-cara resmi saja, namun jilbab atau rimpu itu wajib digunakan dimana saja, dimana ada orang yang bukan mahram bisa melihat mereka. Yaitu saat bekerja disawah atau diladang, saat kepasar, saat keluar dari pekarangan rumah, dikampung, di kota dan dimana saja pakaian jilbab atau rimpu itu harus selalu melekat di badan kaum Wanita yang muslimah.  

Didalam hati saya berucap semoga Allah Tuhan Yang Maha Esa memberikan Hidayah kepada kaum Wanita yang belum memakai jilbab atau rimpu agar mereka sadar tentang kewajiban yang satu ini. Semoga para orang tua, para suami, para abang memiliki rasa cemburu kepada kaum wanitanya untuk menghimbau dan mengajak mereka untuk menutup aurat yang besar ini.  Sehingga Allah Subhanahu wata’ala menurunkan Rahmatnya di Bumi Mbojo kita tercinta ini.

Oleh karena itu kami mengapresiasi acara tau Festival yang di selenggarakan oleh Pemerintah Kota Bima melalui Dinas Pariswisata dan Kebudayaan Kota Bima yang mengadakan kegiatan pawai rimpu ini disetiap hari jadi Kota Bima. Harapannya dengan rutin mengadakan acara ini membuat masyarakat sadar bahwa Bima memiliki budaya yang sangat luhur yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya yang muslim bagi kaum Wanita untuk menutup auratnya. Bahkan itu merupakan perintah agama yang wajib dilakukan oleh setiap Muslimah yang dengan itu dia dimulyakan dan terjaga. *(syARS,  2023)